Hantu Penunggu Kebun Belakang

Sekitar 6 tahun lalu, aku menghabiskan bulan puasa di rumah nenekku. Aku, kakakku, saudara sepupu, dan teman-temanku menghabiskan waktu menunggu adzan isya dengan bercerita banyak hal. Kebetulan saat itu malam jumat, dan, benar, kami bertukar cerita mengenai 'hantu' dan semacamnya. Namanya juga anak kecil.

"Masa sih, Din?"

"Ih, gak percaya. beneran tau. temenku yang bisa 'ngeliat' aja pernah lewat sana dan benar katanya, ada beneran"

"Beneran ada apa? Pohon? Burung? itu sih emang beneran ada kali, Din"

"Ih, bukan itu, Ra. Katanya kebun belakang rumah mbahmu beneran ada penunggunya"

"Jangan nakut-nakutin gitu deh, Din. Ga cocok. Lagian mukamu juga ga meyakinkan gitu, gimana kita mau percaya."

"Setuju" Ian berceletuk, sambil menahan tawa. Dina berdecak.

"Ih, bener tau-"

"Mbok ya udahan ngerumpinya. Udah adzan, tuh, jadi tarawih ga nih?" Bibiku muncul, sambil membawa mukena dan sajadah, menginterupsi obrolan kami.

_______

Sekitar pukul sembilan malam, kami telah selesai melaksanakan shalat tarawih di masjid yang cukup jauh dari rumah nenekku untuk ditempuh dengan jalan kaki. Terlebih lagi, jalur tercepat yang dapat ditempuh adalah dengan melewati kebun belakang rumah nenekku.

"Tuh, liatin aja, ntar juga ada"

"Apa sih Din"

"Lagian, jalan tuh liat depan, jangan nengok ke samping mulu. Nubruk baru tau rasa kau" Jawabnya asal.

"Takut disamperin ya?" Tanya Dina, ketika melihat kami yang serempak diam memperhatikan pohon - pohon rindang itu dari kejauhan.

Hening menyelimuti kami, hingga akhirnya suara gemerisik dedaunan terinjak membuat kami menelan ludah.

"Din, kamu ga manggil si penunggunya beneran, kan?"

"Hah? enggak. Lagian mana bisa?"

Jawaban Dina sontak membuat kami berpandangan satu sama lain. Bagai bertelepati, kami semua serentak mempercepat langkah.

"Sumpah, itu ga lucu Din"

Kami baru saja sampai di teras rumah nenekku.

"Lah? emang siapa yang ngelawak deh"

"Kamu"

"Enggak"

"Eh, ngomong-ngomong, kalian liat bayangan item di semak-semak gitu gak sih tadi?"

"Serius woy, Nu"

"Serius, Yan" jawabnya sambil mengacungkan dua jarinya.

Kami berpandangan satu sama lain lagi.

_______

"Jadi gitu ceritanya, kek" Kataku mengakhiri ceritaku soal kemarin malam.

"Beneran ada penunggunya kali, Ra"

"Kakek!"

Kakekku terkekeh.

"Bercanda doang, Ra" Kakekku tersenyum jahil. "Kamu lihat kambing hitam yang lagi makan rumput itu?" Tanyanya sambil menunjuk kambing di halaman rumah.

"Iya, kenapa kek?"

"Kemarin dia tidur di luar kandang, dan barusan kakek giring dari halaman belakang"

Aku tersadar. "Loh, jadi.."

_______

Komentar

Postingan Populer